Jakarta, Desember 2021. PT Waskita Beton Precast Tbk (WBP) sebagai perusahaan yang memproduksi beton precast dan readymix, seringkali diindentikan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Namun, berdiri sejak tahun 2014, WBP terus berkomitmen untuk mewujudkan kesetaraan gender di dalam tubuh internal perusahaan.
“Peran pegawai perempuan penting dalam memberikan ide, pendapat, serta inovasi,” ujar Subkhan, Direktur HCM, Sistem, & QHSE PT Waskita Beton Precast Tbk. Ini menjadi tabungan yang positif bagi perusahaan. Komitmen ini tentunya sejalan dengan tujuan ke-5 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs atau Sustainable Development Goals), yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.
Komitmen ini juga beriringan dengan dengan komitmen Kementerian BUMN yang memiliki focus tersediri terhadap kesetaraan gender. Dalam hal ini Kementerian ingin meningkatkan kehadiran perempuan dalam posisi leader dalam perusahaan. “Adapun untuk menentukannya berdasarkan basis kompetensi yang dimiliki dan adanya pengukuran melalui Key Performance Indicator (KPI) Korporat, dimana setidaknya 10% dari jajaran satu tingkat dibawah Direksi wajib diisi oleh talenta perempuan,” ungkapnya.
Komitmen WBP dalam mengimplementasikan kesetaraan gender ini terlihat dari ketercapaiannya di atas 15% untuk posisi BOD-1 di mana terdapat 3 General Manager perempuan yang menduduki posisi tersebut. Selain itu perbandingan untuk pegawai perempuan di bidang teknik sebesar 39% dan non teknik sebesar 57%.
“Kehadiran pegawai perempuan pada bidang konstruksi ini memberikan value lebih dan menjadi penyeimbang dalam pekerjaan antara kecepatan produksi dan internal control, seperti pengendalian biaya dan waktu,” tambahnya. Ke depannya di WBP akan mulai diimplementasikan WSBP Women Empowerment, di mana akan dibentuk komunitas-komunitas yang menaungi aspirasi dan ide-ide para perempuan.
Untuk semakin memaksimalkan peran perempuan dalam perusahaan, maka perlu dilakukan langkah konkret, yaitu pertama adanya kebijakan manajemen terkait kesetaraan gender. Kedua adanya indicator pengukuran. Ketiga memberikan apresiasi dalam pengelolaan kesetaraan gender baik di level manager maupun general manager.
Dalam hal ini peran top management juga menjadi faktor pendukung yang baik untuk terciptanya kesetaraan gender. Sebagai contoh program sponsorship, di mana untuk menyiapkan perempuan untuk masuk ke dalam level leader, maka perlu dilakukan mentoring dan rekomendasi dari level top management.
Selain itu juga perlu dilakukan evaluasi para pihak seperti dari manajemen kunci perusahaan dan lingkungan eksternal dari perempuan yaitu keluarga. “Adanya integrasi antara perusahaan dengan stakeholder kunci seperti kementerian atau lembag terkait lainnya juga menjadi strategi agar kesetaraan gender berjalan dengan baik,” kata Subkhan. Perusahaan juga perlu melakukan benchmarking ke perusahaan yang sudah memiliki langkah nyata.